Syarat Agar YZR-M1 Kencang Lagi
Benarkah YZR-M1 itu lemot ? Enggak bro, wong bisa melesat sampai di atas 300 km/jam kok dibilang lemot, hehehe. Yamaha M1 enggak lemot, hanya saja lawan-lawannya (terutama Suzuki dan KTM) yang perkembangannya jauh lebih pesat ketimbang Yamaha itu sendiri. Jadinya kayak kalah top speed gitu si YZR-M1 tunggangan Rossi, Vinales, Morbidelli & Fabio ini, padahal enggak.
Pict from Grabcad, by : Yuriy Korobkov |
Pada artikel kali ini inyong mau coba analisa kenapa kok kesannya Yamaha M1 itu lemot terus apa syaratnya biar YZR-M1 kencang lagi ? Simak yokk...
Ngadimin ini belagu amat ya, sok-sokan ngasih analisa motor MotoGP padahal sampai sekarang sehari-hari cuman naik Bajaj Pulsar bore-up, huahahahaha. Kalau membaca keluhan-keluhan dari pembalapnya dari berita-berita mulai GP Andalucia sampai GP Styria, inyong bisa simpulkan kalau masalah utama YZR-M1 itu antara lain :
1.) Top speed kalah sekitar 10 km/jam
2.) Ban belakang cepet banget habis
Yup, 2 itu masalahnya dan saling berkaitan. Kita lupakan sejenak tentang pengaturan elektronik di motor ini (Yamaha M1).
Pict from Grabcad, by : Suren RK |
MASALAH TOP SPEED DAN KONSEP SASIS DULU BARU MESIN
Semenjak era GP 4-tak, Yamaha terkenal enggak memiliki top speed yang gokil-gokil amat. Keunggulan mereka kala itu adalah akselerasi + handling yang mumpuni dan itu masih berlaku sampai postingan ini dibuat. Rancangan Yamaha selalu dimulai dari sasis dan ini masalahnya bukan dari mesin inline-4 nya kalau dari sudut pandang inyong lho yaa. Kenapa begitu ?
Pict from Grabcad, by : Yuriy Korobkov |
Pict from Grabcad by : doub |
Ini akan berbeda jika konsepnya diubah jadi gini : MESIN DULU BARU SASIS MENGIKUTI. Dan konsep inilah yang setahu inyong dipakai oleh Suzuki saat ini di GSX-RR mereka. Coba Kangmas dan Mbakyu yang nonton GP Styria kemaren, Rossi juga sampai kagum sama akselerasi Suzuki GSX-RR yang bisa bejaban sama Ducati Desmosedici sekalipun, inline-4.
Pict from Grabcad, by : Mario Kovac |
So Yamaha semestinya nggak perlu takut nambah power gede-gedean, gedein aja tuh power mesin inline-4. Karena inyong yakin kalau soal sasis Yamaha jempolan dan udah punya banyak pengalaman, so kenapa musti takut ? Hehe kedengarannya gampang ya tapi engineer-nya yang pusing, hahaha.
MASALAH DEGRADASI BAN BELAKANG
Ini masalah yang muncul kalo nggak salah mulai tahun 2016, masalah yang selalu dikeluhkan Rossi. Jadinya akselerasi buasnya Yamaha M1 enggak bisa tersalurkan dengan baik. Yamaha M1 itu aselerasinya cepet banget lhoh, mungkin kalau ada adu drag MotoGP jarak 402 meter, inyong yakin Yamaha M1 akan melesat duluan. Apakah masalahnya di ban Michelinnya ? Elektronik ? Ataukah di gaya balap Rossi yang cenderung manual pakai tangan dan kaki ?
Pict from Grabcad, by : Fabrizio Franceschetti |
Kalau dari sudut pandang inyong jawabannya BUKAN. Kalau motor itu bagus mau pakai gaya balap apapun ya nggak akan ngabisin ban. So Yamaha M1 jelek ? Enggak, cuman lagi "ngambek" aja, hehehe.
Kita berkaca di tahun 2015 waktu Rossi nyaris jadi juara dunia ke-10. Waktu itu Rossi dihukum start dari posisi paling bucin buncit gara-gara kejadian tendangan tanpa bayangan. Dan pada akhirnya finish di posisi 4. Apa nggak keren tuh ? Masih nyangkal Yamaha M1 motor lemot ?
Pada saat itu Yamaha M1 bisa melakukan tugasnya dengan sangat ciamik karena pada saat itu tenaga Yamaha M1 tersalurkan dengan baik ke aspal. Jadi kuncinya kata-kata yang inyong tebelin, catet ya. Artinya Yamaha M1 yang sekarang tenaganya tidak tersalurkan dengan baik ke aspal.
Pict from Grabcad, by : Xray |
Yamaha M1 mulai 2016 sampai sekarang membuat ban belakang sangat menderita. Penyebabnya bisa jadi dari konstruksi suspensi belakang. Suspensi belakang itu enggak cuma sokbreker doank, tetapi juga swing arm, link sokbreker hingga velg & rem belakang termasuk gir sproket belakang.
Pict from Grabcad, by : Xray |
Ngomongin sasis belakang : Swing arm yang kependekan bisa bikin tekanan ban belakang menderita soalnya jadi neken banget, bobot swing arm juga pengaruh. Lalu velg belakang yang digunakan, itu bentukan palangnya udah bener belom, kemudian poros swing arm, konstruksi link sokbreker belakang dan posisi di dudukan atas, apakah konstruksi yang sekarang ini bikin gerakan ngayunnya swing arm terlalu keras terhadap ban belakang karena ngejar penyaluran tenaga dari mesin ? Rebound sokbreker gelakang gimana ? Apakah reboundnya buat ngejar penyaluran tenaga tapi enggak bersahabat sama ban ? Center of gravity swing arm-nya gimana ? Apakah terlalu mendekati ban belakang ? kalau iya kasihan atuh bannya.
Pict from Grabcad, by : Meet Patel |
KESIMPULAN
Kesimpulannya :
1.) Yamaha jangan takut naikin tenaga gede-gedean, sasis mengikuti maunya mesin, Ducati aja sampai mengorbankan pride mereka dengan mengganti sasis teralis ke aluminium twin spar kok.
2.) Mesin inline-4 bukan mesin lemot, buktinya GSX-RR bejaban lawan Desmosedici
3.) Konstruksi sasis belakang : sokbreker belakang, con-rod & linknya, swing arm, hingga velg & rem belakang mungkin perlu perubahan radikal biar ban enggak stress.
4.) Elektronik jangan diutak-atik radikal, yang sekarang udah bagus.
Yup artikel ini hanya opini pribadi inyong bisa salah bisa benar, jawaban dari prihatinnya inyong terhadap performa Yamaha M1 hingga 2020 ini. Kurang lebihnya mohon maaf dan semoga bermanfaat, kalau kata Wak Haji Taufik TMCBlog : "silakan dikunyah-kunyah" kalau kata inyong pengasuh blog alakadarnya ini : " silakan dilipet-lipet", wassalamu'alaikum.
Komentar
Posting Komentar