Perlukah Ganti Knalpot Setelah Bore Up / Stroke Up ?
WARKOPSPEED.BLOGSPOT.COM - Kira - kira biar apa sih motor kesayangan pake dibore-up / distroke-up segala ? Pasti biar kentjangngng, hayooo ngakuuu hehehe.... Tenang aja ngadimin alias inyong juga salah satu pelakunya kok, tenang bae, ono kancane (tenang aja, ada temennya). Motor inyong adalah kuda besi Bajaj Pulsar 200 DTS-i keluaran tahun 2008 yang mesinnya udah jadi 260 cc karena penggunaan piston Pulsar NS 200 OS-100 berdiameter 7.25 cm dan 1 set kruk as dan gigi rasio punya Pulsar 220 DTS-i UG4 yang panjangnya 6.24 cm, bisa dibaca di artikel ini kalau penasaran. Sehingga kalau dihitung pakai rumus volume silinder :
Rumus Volume silinder = 0.785 x (bore x bore) x stroke = ...... cc
Maka hasilnya adalah = 0.785 x (7.25 x 7.25) x 6.24 = 257.47 cc atau dibulatkan jadi 260 cc, macam MegaPro Primus yang 157 cc dibulatkan jadi 160 cc atau Honda Tiger yang 196 cc dibulatkan jadi 200 cc, atau Yamaha Scorpio yang 223 cc dibulatkan jadi 225 cc. Bandingkan dengan bore x stroke standardnya Pulsar 200 DTS-i yang 6.7 x 5.64 cm, jauhhh.... So setelah volume silinder udah bengkak gitu, pertinyiinyi (pertanyaannya), perlukah ganti knalpot setelah bore up / stroke up ? Apakah knalpot standardnya masih bisa dipakai ? Eman-eman duite soalnya kalau kudu beli knalpot racing mahal, mana suaranya berisik lagi.
Baca juga : Pentingnya Melumasi Rantai Sepekan Sekali
Blok dan kepala silinder bore up (foto : dokumen pribadi) |
JAWABANNYA : MASIH BISA PAKAI KNALPOT STANDARDNYA, TAPI....
Koq ada tapinya ? Tapi apa ? Tapi kudu tahu batas kemampuan knalpot standard kita. Cara mudahnya bisa ditanyakan ke bengkel-bengkel spesialis yang mana sudah berpengalaman dengan menaikkan volume silinder sepeda motor atau baca-baca katalog knalpot sepeda motor, banyak koq di google, hehehe. Oke contoh gampangnya aja, dan ini sebenernya hasil experimen inyong sih. Motor inyong yang udah 260 cc knalpotnya masih pakai standardnya dan nggak ada masalah, paling panas berlebih doank karena pembuangannya agak nahan. Volume silinder motor inyong aslinya 200 cc, kenaikan cc nya setelah bore-up + stroke up adalah 60cc, maka presentase kenaikannya adalah :
Presentase = [(260-200) / 200] x 100 = 30%
Artinya kapasitas silinder Pulsar inyong udah naik 30% dari kondisi standard dan itu nggak masalah selama inyong pakai hampir setahun setelah bore up + stroke up. Tapi angka 30% jangan jadi patokan ya, karena itu barangkali cuma berlaku di Bajaj Pulsar 200 DTS-i. Untuk motor lain mungkin beda persentase kenaikannya. Cari aman aja, pakai aja angka 10%. Misalnya motor lain deh, Yamaha Vixion. Yamaha Vixion dinaikkan kapasitasnya sepesar 10%, jadinya dari 150 cc ke 165 cc dengan piston 60 mm, itu seharusnya masih aman pakai knalpot standardnya, lebih dari itu mending jangan deh. Soalnya knalpot standard udah ada itung-itungannya.
Baca juga : Engine : Setel Ulang Klep Masuk Yamaha Raptor 700
Ini si Kebo alias Bajaj Pulsar inyong yang udah bore up + stroke up tapi masih pakai knalpot standard biar nggak berisik. (foto : dokumen pribadi) |
PENGARUH CC GEDE TAPI KNALPOT STANDARD
Tentu saja ada pengaruhnya, asal naiknya cuman 10% sepertinya masih bisa, cuman bukan berarti tanpa resiko. Resikonya ada kalau motor cc-nya udah digedein tapi knalpot masih pakai standardnya, yaitu :
1.) Mesin gampang panas, cc naik maka gas buang lebih deras keluarnya, tetapi tertahan sama diameter knalpot yang kecil. Sementara gas buang juga membuang panas, maka panasnya sebagian tertahan di leher knalpot, makanya panass. Solusinya oli tambahin 50 ml dari standardnya.
2.) Ruang bakar cepat berkerak, karena gas buang tertahan, maka kotoran hasil pembakaran banyak yang numpuk di ruang bakar, solusinya ya rajin-rajin bersihin kepala silinder tiap 3 x service ringan alias kudu bongkar head.
3.) Busi cepat mati, karena kerak dan panas tentunya, solusinya sering ganti busi buat yang masih pengen pakai busi standardnya, atau ganti aja koil, kabel koil, dan businya pakai yang apinya lebih gede, nggak kudu racing.
KESIMPULAN
Kesimpulannya motor bore up / stroke up masih bisa pakai knalpot standardnya, dengan melihat batasan kenaikan volume silindernya. Berdasarkan pengalaman saya, motor Bajaj Pulsar 200 DTS-i keluaran 2008 masih bisa dinaikkan kapasitas silindernya hingga 30% dan masih aman menggunakan knalpot standard. Tetapi barangkali itu cuma berlaku untuk Pulsar 200 aja. Untuk amannya pakai saja kenaikan 10% volume silinder.
Oke sekian pembahasannya, jika Kangmas dan Mbakyu ada ide atau kritik monggo dishare di kolom komentar agar wawasan kita nambah. Wassalamu'alaikum.Artikel sebelumnya : Pentingnya Melumasi Kabel Kopling, Biar Nggak Gampang Putus...
Komentar
Posting Komentar